Jan 21, 2011

Manusia yang diperbaharui

Amsal 6:6 "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak"


Sewaktu saya masih tinggal di Indonesia, saya sering mengamati kelakuan semut kecil, karena kebetulan tempat tinggal saya ada banyak pohonnya dan adalah sebuah kota kecil. Saya memperhatikan sepertinya semut itu tidak pernah istirahat, tubuhnya yang kecil membuatnya lincah untuk bergerak kesana kemari. Sekalipun jumlah mereka banyak seperti "kendaraan yang macet di Jakarta" tetapi mereka bisa bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Mereka bergotong-royong mengumpulkan makanan untuk disantap bersama-sama, semuanya bekerja dengan keras dan tidak ada yang "korupsi" dengan hasil yang didapat. Dan yang membuat saya kagum adalah saat mereka berpapasan, mereka mempertemukan wajah dengan wajah, selanjutnya yang satu bergeser ke sisi kanan dan satunya lagi bergeser ke sisi kiri kedepan, tertib sekali. Saya penasaran ingin tahu apa sih yang mereka perbincangkan saat mereka berpapasan? apakah ini cuma "ant instinct". Tapi kita tidak membahas hal ini, kalau mau tahu tanya saja sama ahli persemutan yah.. ha..ha..

Kita sebagai manusia yang merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang mempunyai akal, pikiran, budi pekerti, dll sudah seharusnya lebih baik dari segala ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Tetapi mengapa di dalam Amsal 6:6 manusia disuruh untuk belajar dari si semut? karena otak manusia sudah terkontaminasi dengan berbagai macam pikiran jahat akibat kejatuhan dalam dosa. Manusia mempunyai kehendak dan keinginannya sendiri, bukan lagi menuruti kehendak Tuhan sebagai pencipta yang agung. Manusia saling bersaing, tamak, saling menjatuhkan demi mencapai kepuasan pribadi. Makanya manusia disuruh untuk belajar dari si semut, bangsa yang lemah itu.

Kalau anda pada saat ini masih merupakan manusia yang belum melakukan kehendak Tuhan, sudah saatnya untuk berubah. Sudah saatnya untuk menjadi manusia yang diperbaharui, manusia yang menyukakan hati Tuhan, yang tidak malas, tidak tamak, tidak mementingkan diri sendiri, melainkan manusia yang suka menolong satu dengan yang lainnya, dan yang terutama adalah manusia yang suka beribadah dan senantiasa mengadakan persekutuan yang indah bersama dengan Tuhan.

No comments:

Post a Comment