Mar 30, 2011

Apa yang kita cari dalam hidup ini...

Banyak hal yang kita impikan, keinginan yang hendak dicapai, dan berjuta-juta cita-cita dan harapan. Ada yang mengejar kekuasaan, ada yang haus akan kekayaan, ada yang menyerahkan hidupnya untuk karir, ada yang bekerja siang dan malam demi mencapai ambisinya dan melupakan hal yang terpenting dalam kehidupannya, yaitu kehidupan rohaninya.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang selalu mempunyai keinginan dan tidak pernah merasa puas, selalu merasa dirinya kurang...kurang... dan... kurang... dari awal sejarah penciptaan manusia sampai sekarang ini, keadaan itu tidak berubah. Malahan semakin hari semakin bertambah parah, manusia tidak lagi bersandar kepada Tuhan melainkan lebih bersandar kepada teknologi ataupun kekuatan sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengkhotbah 1:2 "Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia."

Penulis kitab pengkhotbah ini adalah Raja Salomo, seorang raja yang diurapi oleh Tuhan dengan kebijaksanaan dan hikmat yang melebihi siapapun juga dimuka bumi ini pada zamannya maupun zaman sekarang, seorang yang memiliki kekayaan yang tak terkira, memiliki ratusan wanita cantik, makanan dan anggur terbaik dengan segala bentuk hiburan, sehingga banyak kerajaan-kerajaan lain yang cemburu padanya.

Namun kemudian dia menyimpulkan, “hidup di bawah matahari” (hidup dengan sikap sepertinya hidup itu hanyalah apa yang kita lihat dan rasakan) adalah kesia-siaan belaka! Mengapa bisa ada kehampaan seperti ini? Karena Allah menciptakan kita untuk sesuatu yang melampaui apa yang dapat kita alami dalam dunia sekarang ini. Tentang Allah, Salomo berkata, "Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka …” Dalam hati kita, kita senantiasa sadar bahwa dunia sekarang ini bukan segalanya.

Dunia kelihatannya terus berubah,
tetapi didalam Pkh 1:9 "Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari."

Jadi kesimpulannya dunia ini tidak berubah, yang berubah adalah manusianya sendiri. Manusia telah kehilangan jati dirinya. Tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk bersekutu dan memuliakan namaNya. 1 Kor. 10: 31,”Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”

Memuliakan Allah dan etos hidup
Memuliakan Allah merupakan satu konsep besar yang sangat penting untuk dipahami orang Kristen dalam hidupnya, segala sesuatu yang dilakukan dengan perkataan atau perbuatan harus dilakukan dalam kerangka itu. Konsep memuliakan Allah dalam hidup orang Kristen dapat disebut sebagai etos hidup yang harus menggerakkan dan menuntun orang Kristen kepada suatu cara hidup yang betul-betul menyenangkan Allah (Kol 3: 17,23). Jikalau orang Kristen menyadari dan menghidupi konsep ini dengan benar dan menggunakannya sebagai etos hidup, maka dengan sendirinya ia akan berada berada pada proses hidup yang Allah kehendaki. Hal ini dimungkinkan bagi orang Kristen karena ia telah ditebus dan diselamatkan dalam Kristus Yesus. Karya penebusan Kristus telah memulihkan status dan kemampuan orang Kristen untuk hidup selaras dengan rencana Allah dan untuk itu juga orang Kristen diselamatkan. Efesus 2: 10 menuliskan: “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.” Ayat ini menegaskan beberapa hal, yaitu: Kristus sebagai pusat dan tujuan penciptaan manusia, selanjutnya menegaskan bahwa sejak awal Allah telah menentukan dan mempersiapkan orang Kristen untuk melakukan pekerjaan baik. Yang dimaksud di sini adalah suatu persembahan totalitas hidup yang berarti dan memiliki tujuan yang benar. Surat Petrus mengajarkan bahwa sesudah orang Kristen ditebus dengan darah yang mahal (1Pet 1: 18-19), maka selanjutnya menegaskan agar orang Kristen dalam kehidupan pribadinya, keluarganya, kehidupan keagamaan dan sosialnya harus sesuai dengan kehendak Allah (1Pet 2: 1,12, dst).

Mari kita sebagai manusia yang telah ditebus senantiasa melakukan kehendak Tuhan, memuliakan namaNya dan yang terutama adalah bersyukur dalam segala hal atas apa yang Tuhan berikan didalam hidup kita saat ini.

Roma. 12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.